sumber |
Munafik berasal dari kata dalam bahasa
Arab yaitu an-nifaq yang berarti
lubang. Pengertian ini terkait dengan perilaku tikus atau biawak yang suka
menggali-tutup lubang di tanah, ibarat karakter orang munafik yang
memperlihatkan sesuatu yang berbeda dengan yang disembunyikan di hatinya. Kata
ini secara istilah baru muncul setelah tegaknya daulat Islam, ditunjukkan
dengan ayat-ayat Madaniyah yang mengungkap keburukan orang munafik. Sewaktu di
Mekah—pada awal kemunculan Islam—jangankan munafik, mengaku Islam saja dapat
membuat seseorang disiksa mati-matian.
Nifaq terbagi menjadi nifaq
kufur, yaitu apabila terjadi dalam akidah (keimanan), dan nifaq amal, yang meliputi pelaksanaan
amal perbuatan maupun meninggalkannya. Bagaimanapun, nifaq merupakan bentuk kekufuran yang paling besar sehingga Allah
Swt mengancam kaum munafik akan ditempatkan di neraka paling bawah (QS
An-Nisaa’: 145).
Menurut Ibnu Qayyim Rahimullah, nifaq tumbuh
dari kedustaan dan ria, adapun keluarnya berupa lemahnya ilmu serta tekad dan
cita-cita.
Sifat orang munafik, di antaranya:
Berbuat kerusakan di muka bumi (QS Al-Baqarah: 12); Membuat was-was (bimbang)
dan selalu manis dalam bertutur kata (QS Al-An’am: 112); Menipu dan mengecoh
(QS Al-Baqarah: 9); Mengejek dan tidak punya pendirian (QS Al-Baqarah: 14);
Malas, ria dalam beribadah, serta lalai berzikir kepada Allah menunjukkan
lemahnya tekad dan cita-cita (QS An-Nisaa’: 142); Tidak mensyukuri karunia
panca indera (QS Al-Baqarah: 88); Selalu mengawasi dan mengintai orang-orang
beriman dan bersekongkol untuk menghantam mereka setiap kali ada kesempatan (QS
An-Nisaa’: 141); Menghalangi dan menyimpang dari hukum Allah dan Rasul-Nya dan
tidak mau tunduk kepada syariat Islam (QS An-Nisaa’: 61); Membenarkan
perbuatannya yang keji—ketika terungkap—dengan sumpah palsu, serta
menyembunyikan niat buruknya dengan sumpahnya itu sebagai tameng (QS An-Nisaa’:
62, QS Al-Mujadilah: 16); Memperhatikan penampilan luar dan mengabaikan isi,
serta memperindah kata-kata namun tidak membaguskan amal (QS Al-Munafiquun: 4);
Gembira dan senang ketika orang-orang mukmin tertimpa musibah dan sedih ketika
orang-orang mukmin mendapatkan kemenangan atau kebaikan (QS At-Taubah: 50);
Demikian seterusnya sehingga sepatutnya kita memohon perlindungan Allah Swt
dari sifat nifaq. Naudzubillahimindzalik.