7.3.15

Labyrinth [Amelia Gray]



Dalam jambore yang diadakannya, Dale membuat labirin jagung yang tidak biasa. Labirin jagung yang biasanya itu berupa maze, yang berarti jalannya lebih berlika-liku dengan pojok-pojok yang buntu. Adapun labirin kali ini adalah sebenar-benarnya labirin—labyrinth—yang berarti jalannya biarpun berkelak-kelok namun hanya satu dan menuju ke tempat tertentu. Selain itu, labirin kali ini didasarkan pada mitologi Yunani. Peserta harus masuk sendiri-sendiri sembari membawa sebuah lempengan (trivet) atau disebut juga Cakram Phaistos (Phaistos Disk). Mengetahui aturannya begitu, orang-orang mengurungkan niatnya untuk masuk. Kecuali Jim. Di samping simpatinya pada temannya, Dale, yang telah bersusah payah membangun labirin tersebut, serta perasaan sepi, bosan, dan ganjil kalau kembali ke rumah saja (it was lonely at home, where the TV had been broken for a week, and the tap water had begun to taste oddly of blood), sepertinya ia punya maksud lain. Jim pun memasuki labirin itu dengan membawa cakram yang beratnya bikin capek saja. Seiring dengan perjalanannya, ia mendengar suara orang-orang di luar labirin membicarakannya. Mula-mula mereka membicarakan tingkahnya yang pengecut sewaktu ada kebakaran kecil di acara hayride tahun lalu. Namun setelahnya orang-orang malah balik memuji keberaniannya memasuki labirin itu. Meski begitu, tiap kali Jim menghentikan langkahnya untuk mendengarkan baik-baik, obrolan itu tidak berlanjut. Begitulah seterusnya hingga Jim memutuskan untuk berjalan saja sambil mendengarkan pujian orang-orang untuknya yang lama-lama terasa berlebihan. Selain itu, ketika ia mencoba untuk berbalik arah, cakram yang dibawanya seperti menahannya, memaksanya untuk melanjutkan perjalanan (drawn all the while by the trivet, which seemed towed on a wire). Akhirnya sampailah ia di pusat labirin itu dan menemukan sebuah ceruk seukuran manusia yang seakan dipersiapkan untuk memuat dirinya. Cakram itu semakin kuat menariknya ke arah ceruk itu, bagaimanapun ia bersikeras menahannya. Tapi ia tidak ingin meletakkan cakram itu juga karena Dale telah berpesan agar ia menjaganya baik-baik. Setelahnya ia menyadari kalau ia tersangkut semacam akar. Namun ketika ia berteriak meminta bantuan, seiring dengan cakram itu mulai mencengkeram dadanya, ia menyadari kalau dirinya sendirian saja. Lalu ia bertemu Minotaur— monster berkepala sapi dan bertubuh manusia dalam mitologi Yunani yang memakan pemuda-pemudi Athena yang dikorbankan untuknya di Labirin Kreta. 

sumber
Cerpen ini dimuat di The New Yorker pada 16 Februari 2015. Bahasa Inggrisnya cenderung tidak baku sehingga terkesan ringan dan santai dengan narator orang pertama yang notabene warga sebuah kota kecil di Amerika Serikat (AS). Selain beberapa unsur dalam mitologi Yunani seperti Phaistos Disk dan Minotaur, dalam cerpen ini terdapat juga beberapa istilah yang merupakan tradisi khas AS—disebut juga Americana—seperti hayride (acara beramai-ramai menaiki truk berjalan yang bagian belakangnya dilapisi jerami), cakewalk (permainan menciptakan gerakan kaki semenarik mungkin yang pemenangnya mendapat hadiah berupa cake), serta corn maze alias labirin jagung itu sendiri. Dalam bahasa Indonesia hanya terdapat satu kata untuk menyebut baik maze maupun labyrinth yaitu “labirin”, sedangkan pada cerpen ini diterangkan kalau keduanya ternyata berbeda. Maze itu multicursal—memiliki banyak jalan yang bisa jadi menyesatkan, sedangkan labyrinth itu unicursal—hanya ada satu jalan sehingga tidak mungkin tersasar (biarpun begitu, kalau labirinnya seperti labirin dalam cerpen ini sih ogah juga masuk terus ketemu Minotaur, hiii…!).

Dengan petunjuk dari Dale bahwa labirin ini dapat memberikan kita hal yang paling kita inginkan di dunia ini (in the center you discover the one thing you must desire in the world), mudah untuk mengerti maksud di balik adanya suara-suara yang didengar Jim sepanjang perjalanan menyusurinya. Motif Jim yang semula sekadar hendak menyenangkan temannya berkembang menjadi ingin dianggap sebagai pemberani. Apalagi kemudian ada petunjuk dari gunjingan orang-orang sesaat setelah ia berangkat bahwa ia pernah berbuat hal memalukan pada acara sebelumnya, yaitu melarikan diri ketika ada kebakaran kecil. Labirin ini lantas menjadi semacam pembuktian baginya bahwa ia bukanlah seorang pengecut. Namun rupanya labirin ini tidak sekadar menyingkap keinginan, tapi juga memendam kejutan mengerikan di akhirnya. Dari hasil penelusuran saya atas cerpen ini di Google, ada beberapa pembaca yang mengeluhkan akhirannya tersebut. Ada yang bagaimanapun juga menikmatinya saja secara keseluruhan seperti saya. (Saya juga tidak mempermasalahkan akhirannya itu sih, malah saya penasaran apakah Minotaur itu benar-benar akan memakan Jim dan bagaimana reaksi orang-orang di luar labirin apabila Jim tidak kunjung keluar dari labirin itu. Lagipula menyenangkan bisa menebak motif tersirat dari petunjuk-petunjuk yang diberikan.) Ada juga yang tidak puas karena mutu cerpen itu sendiri untuk media sekelas The New Yorker, di samping reputasi penulisnya yang dikenal sebagai hipster darling.

Bagaimanapun juga, gagasan dalam cerpen ini yaitu mengambil unsur dari mitologi kuno dan menempatkannya dalam latar kontemporer dan tradisi lokal menarik juga untuk dicoba sebagai latihan mengarang fiksi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar