Alkisah, ada seorang gadis desa bernama
Esther Doyle. Ayahnya nelayan. Ibunya bekerja di rumah. Ia punya banyak saudara
laki-laki: dua kakak dan tiga adik. Cerita dibuka dengan adegan Esther yang
tengah bersiap melahirkan pada 1952, lalu mundur hingga delapan tahun
sebelumnya ketika ia membantu kelahiran adik perempuannya. Keluarga Doyle
bukanlah keluarga berada. Tangkapan di laut tidak selalu memuaskan, banyak
mulut di rumah yang mesti diberi makan. Ayah Esther kemudian tewas ketika
hendak berlayar lebih lama dalam cuaca yang memburuk demi memperoleh lebih
banyak tangkapan. Berkat uluran tangan tetangga, keluarga itu dapat bertahan.
Esther tumbuh menjadi cantik jelita namun harus berhenti sekolah demi membantu
pekerjaan harian ibunya di rumah serta menjaga si bungsu yang mengalami
keterbelakangan mental. Di suatu pesta, Esther bertemu dengan pemuda asing
bernama Connor dan mereka pun jatuh cinta pada satu sama lain. Namun Connor,
seperti nama panggilannya—Con,
kemudian tidak mau bertanggung jawab ketika Esther hamil karenanya. Ia malah
hendak menikahi seorang perawan tua yang sekaligus majikannya. Karena tinggal
dalam lingkungan Katolik yang taat, kehamilan Esther pun menjadi aib bagi
keluarga. Esther diasingkan ke sebuah pusat rehabilitasi bernama Magdalen Laundry
di Dublin yang dikelola oleh para biarawati. Di sana ia diberi tempat tinggal,
makanan tiga kali sehari, dan berbagai fasilitas lainnya, namun sebagai
gantinya ia mesti bekerja keras di binatu. Kondisi yang sering kali jauh dari
layak itu dianggap sebagai penebusan dosa. Sebagian dari penghuni di tempat itu
bernasib sama seperti dirinya—hamil di luar pernikahan dan dibuang oleh
keluarga, tapi ada juga yang disebabkan oleh alasan-alasan lain. Namun pada
dasarnya mereka semua dianggap sebagai pendosa dan dipandang rendah dalam
masyarakat yang religius.
![]() |
sumber |
Selain karena ceritanya itu sendiri,
yang membikin novel terbitan Dastan Books[1] ini menarik
yaitu karena latarnya nyata sebagaimana diterangkan di sampul belakang. Di
Irlandia terdapat banyak pusat rehabilitasi semacam itu sejak pertengahan abad
ke-19 hingga 1996. Secara keseluruhan keterangan di sampul belakang membikin
jalan cerita mudah ditebak sementara pembacaan. Namun toh itu tidak mengurangi
keasyikan menyusuri isinya dari awal sampai akhir, setiap detail adegan dan
pergolakan batin Esther yang memancing simpati. Tentunya itu tidak terlepas
dari peranan penerjemah. Namun sering kali ada pola kalimat yang rasanya kurang
lurus walaupun bisa dimengerti sebagai berikut.
Mengabaikan
kerasnya kasur, dia melepas sepatu dan menarik selimut satin merah muda
berpola. –halaman 282
Membalikkan badan, Esther bisa merasakan
sedikit gerakan saat bayinya bergerak dan menendang lagi dalam perutnya. –halaman
368
Menghentikan
pekerjaannya, Esther berlari untuk mengeringkan tangan. –halaman 424