![]() |
sumber |
Judul buku ini dilengkapi dengan keterangan: Kontroversi Dunia Gay Investigasi
Jurnalistik Mendalam. Sepintas keterangan tersebut bisa jadi mengecoh,
apalagi kalau berpikir “investigasi jurnalistik mendalam” itu mestilah sesuatu yang
faktual. Di sampul belakang para endorser
yang terdiri dari Ayu Azhari, Rayni N. Massardi, Emma Warokka, dan Dewi Aida
menyebutkan bahwa buku ini sebetulnya novel—fiksi. Di halaman kedua tercantum
pula penegasan: Dikemas Secara Fiksi.
Lebih lanjut dalam “Sekapur Sirih” dijelaskan bahwa novel ini berdasarkan investigasi jurnalistik.
Seperti yang dituturkan endorser, hal-hal dalam buku ini mungkin saja memang nyata. Pembaca
dibikin menebak-nebak, ini benar atau tidak? Misal saja, ajang-ajangan
penobatan itu tidak murni ditentukan penilaian dewan juri, survei, atau
semacamnya, tapi juga ditentukan oleh adanya duit, atau; sebagian dari mereka
yang bergiat di dunia mode adalah gay; dan seterusnya.
Bagaimanapun juga, sebagai sebuah kisah, novel
ini menarik, cara penyampaiannya pun lurus saja sehingga mudah diikuti. Ada
banyak karakter dalam novel ini dan masing-masingnya memiliki peranan yang kuat
dalam menentukan nasib karakter lainnya. Sebagian dari mereka pada mulanya
memiliki orientasi seksual yang lurus-lurus saja. Tapi karena bekerja pada si
A, berpacaran dengan si B, bertetangga dengan si C, maka si D, si E, si F
menjadi homoseksual, atau biseksual. Proses berubahnya perilaku seseorang bisa
jadi mencengangkan, dan justru di situlah serunya—sensasinya. Seperti yang
terungkap dalam pikiran salah satu tokoh di halaman 224, gay ada empat macam:
Pertama, karena bawaan; Kedua, karena ikut-ikutan; Ketiga, karena miskin lantas
menjual diri, dan; Keempat, karena pelarian dari berbagai latar belakang
seperti broken home atau membenci
sosok bapak. Tapi toh tidak mudah juga mengkotak-kotakkan orang seperti itu
karena bisa jadi penyebabnya terdiri dari beberapa faktor sekaligus. Ada gay
yang bawaan tapi kemudian menjual diri karena membutuhkan uang, misalnya. Selain
itu, walaupun dalam “Sekapur Sirih” penulis menerangkan bahwa dirinya tidak
hendak “bersikap”, namun bagaimanapun juga saya dapat menangkap suatu amanat,
di antaranya, kita tidak sebaiknya hidup dalam kebohongan, menjerumuskan orang
lain dalam perbuatan nafsu, maupun terlalu berprasangka.
Namun sayangnya kisah yang menarik ini tidak
dikemas secara rapi. Selain nama pengarang, desain sampul, dan penata letak,
tidak tercantum nama editor. Maka tidak mengherankan, buku yang diterbitkan
oleh Pustaka Sinar Harapan[1]
ini bisa menjadi bahan latihan bagi yang hendak mempelajari penyuntingan.
Contoh di halaman 59: Otak Jay serasa stag
hendak meneruskan mengetik hasil wawancara dengan Arti. Atau di halaman 62:
High hills yang dikenakan membuat cara jalannya makin menarik, tubuhnya nampak
lebih tinggi. Coba bukalah kamus Inggris-Indonesia dan cari arti kata-kata
yang dicetak tebal itu, maka pengertian kalimat akan terasa membingungkan.
Belum lagi penggunaan “di” yang kadangkala tidak pada tempatnya (imbuhan atau
kata depan) berserakan di mana-mana. Yang paling menyebalkan, antara halaman
308 dan 309 ada adegan yang terpotong. Nomor halamannya sih berurutan, tapi
isinya tidak nyambung antara halaman satu dan halaman berikutnya.
Iya, namun dari segi cerita perlu diapresiasi karena alur ceritanya mengalir dan memiliki unsur menarik didalamnya. :)
BalasHapusWhat are the Types of Baccarat? - WURRIEGENING.COM
BalasHapusWhat are the Types of Baccarat? 제왕카지노 Types of Baccarat · Baccarat · Baccarat · Baccarat · Baccarat · 메리트 카지노 Baccarat worrione · Poker · Baccarat · Poker · Baccarat.