“The Shawl” merupakan cerpen karya penulis
Amerika Serikat, Cynthia Ozick, yang mula-mula dipublikasikan di The New Yorker pada 1980. Cerpen ini
mengisahkan tentang holokaus meskipun tidak menyatakannya secara eksplisit.
Kita mengetahuinya dari penggambaran penulis akan situasi yang dialami oleh
tiga tokoh dalam cerpen, yaitu Stella, Rosa, dan Magda. Mereka selalu
bersama-sama sejak di perjalanan hingga ditempatkan di barak yang kotor. Stella
remaja empat belas tahun yang kekurangan kasih sayang, kehangatan, dan makanan.
Ia iri pada Magda, bayi yang selalu dilindungi dan disembunyikan Rosa dalam
balutan selendang. Sewaktu di perjalanan, sempat terjadi Rosa dan Stella
mengintip rupa Magda melalui sela-sela selendang. Matanya sebiru udara.
Rambutnya sekuning matahari. “Arya,” ucap Stella. Demikian saja. Tidak
disebut-sebut Nazi. Tidak disebut-sebut Yahudi. Hanya rasa takut Rosa apabila
keberadaan Magda diketahui oleh mereka,
rasa lapar Stella yang membuatnya ingin mengganyang Magda, kekurangan gizi yang
dialami mereka sampai-sampai baik Stella maupun Rosa tidak mendapat menstruasi.
Tulang-tulang Stella bertonjolan di badannya yang ceking. Payudara Rosa tidak
lagi meneteskan air susu. Sebagai ganti dari puting ibunya yang telah kopong,
Magda pun mengisap ujung-ujung selendang yang membungkusnya. Selendang itu
rupanya ajaib karena dengan mengemutnya saja membuat bayi itu mampu bertahan.
Padahal dengan kondisi yang dialaminya Magda seharusnya sudah mati. Namun hal
itu barulah terjadi setelah selendangnya diambil. Stella yang kedinginan
mengambil selendang itu. Magda mencari-carinya hingga keluar dari barak. Rosa
hendak mengejarnya. Sayangnya, keberadaan Magda telanjur diketahui sesosok
berhelm dan bersepatu bot hitam. Sosok itu lalu melempar Magda ke pagar
listrik.
Peristiwa dilemparnya bayi ke pagar listrik itu
konon sungguh terjadi saat holokaus hingga mengilhami Cynthia Ozick untuk
menuliskannya dalam bentuk cerpen itu. Cynthia Ozick sendiri tidak mengalami
holokaus namun latar belakangnya mendorongnya untuk mengangkat tema Yahudi
dalam karya-karyanya. Banyak di antara karyanya itu yang mendapatkan
penghargaan. Ia lahir di New York City pada 1928 dari pasangan Yahudi asal
Rusia.
Dengan keterbatasanku dalam memahami bahasa
Inggris, cerpen ini bagiku memiliki sejumlah kekurangan. Tidak dijelaskan
hubungan antara Rosa dan Stella selain bahwa mereka selalu bersama-sama. Sempat
kukira mereka ibu dan anak, mungkin juga kakak
dan adik. Malah bisa saja tidak ada hubungan darah sama sekali di antara
mereka; bisa saja mereka sekadar tetangga dan saling mendekat pada satu sama
lain dalam situasi yang mencekam itu. Malah sempat kukira Magda itu bukan
benar-benar anaknya Rosa. Selain itu, walaupun penggambaran derita tokoh-tokoh
utamanya meyakinkan, namun suasana eksteriornya sendiri rasanya kurang
terbangun. Memang bukannya sama sekali tidak disebutkan mengenai adanya
orang-orang lain di barak itu, juga di luar barak. Tapi rasanya tiga tokoh itu
sangat menonjol, adapun yang lain-lainnya benar-benar sekadarnya. Aku juga
dibikin tercenung dengan kelengahan Rosa sehingga Magda tersasar ke luar barak,
serta kelambatannya dalam bereaksi untuk menyelamatkan bayi itu. Tapi memang
sepertinya dalam situasi yang menekan kita jadi sulit menentukan tindakan kita
sendiri. Sungguhpun begitu, bisa dipahami “fearful joy” yang dirasakan Rosa
saat mendapati Magda tertatih-tatih sambil menjerit-jerit di luar barak saat
mencari selendangnya. Di satu sisi, ia gembira karena Magda kembali bersuara
setelah begitu lama. Di sisi lain, ia takut kalau keributan yang dibikin Magda
itu mendatangkan bahaya.
![]() |
sumber |
Cerpen ini diterbitkan kembali bersama
kelanjutannya yang berupa novela, “Rosa”, pada 1989 dalam bentuk buku yang dijuduli
sama, The Shawl. Dari ulasan mengenai
buku tersebut barulah aku mengetahui kalau Stella sebenarnya keponakannya Rosa,
dan Magda memang anaknya Rosa.
Kurasa kejadian dalam cerpen ini bisa jadi bakal
lebih menyayat perasaan seandainya disajikan dalam bentuk film.
Referensi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar