Bahaya Mode [Khalid bin Abdurrahman Asy Syayi’]

sumber

Persis buku Dosa-dosa Besar dan Ayat-ayat Allah yang Sudah Dilupakan Umat Islam, buku ini kemungkinan tidak akan nyaman dibaca oleh kebanyakan wanita secara umum—bahkan oleh para “hijaber” (: para muslimah yang mengikuti mode). Banyak hal yang sudah lazim dalam kehidupan bermasyarakat tidak dianjurkan dalam buku ini, misalnya saja menggunakan parfum untuk menarik perhatian lawan jenis[1], menyelenggarakan pesta pernikahan yang mewah termasuk berdandan seelok mungkin untuk itu, dsb. Intinya, wanita tidak dianjurkan memperelok diri dengan tata rias, busana, dst selain untuk suaminya, atau muhrimnya. Toh di samping untuk mempercantik penampilan, kosmetik juga dapat menimbulkan kanker, pakaian mini bikin masuk angin, dan sepatu berhak tinggi dapat menggugurkan kandungan. Bahaya pamer penampilan seperti itu tidak saja bagi wanita itu sendiri, tapi juga bagi masyarakat, misalnya membuat orang yang melihat pemandangan tersebut melalaikan tugas dan kewajibannya serta melemahkan akal dan pikirannya, pemborosan ekonomi, memancing kriminalitas, sampai keretakan rumah tangga.

Terlepas dari amanatnya yang keras namun jangan-jangan memang berfaedah dalam membentuk masyarakat madani, ada beberapa hal yang meragukan dalam buku terjemahan yang diterbitkan Gema Insani Press[2] ini. Pertama, di halaman 89-90, disebutkan tentang Aisyah r.a. yang berkata: “Aku telah memasuki rumah yang di dalamnya telah dikuburkan jasad Rasulullah Saw dan jasad ayahku (Umar r.a.).” Saya kira Aisyah itu berayahkan Abu Bakar—apa selama ini saya salah ataukah “ayah” di sini bermakna lebih luas daripada sekadar ayah kandung? Kedua, di halaman 100, disebutkan nama seorang desainer pemenang perlombaan merancang sampah menjadi perhiasan di Amerika, yaitu Beiji Korj. Ketika saya mencarinya di Google, yang keluar malah biji koro, kalaupun ada nama itu hanyalah di cukilan buku ini yang ditampilkan Google Books. Barangkali Google memang tidak mengetahui segala hal(?). Wallahualam.

---

[1] Di sisi lain, bukankah adakalanya itu diperlukan untuk menyamarkan bau badan? Alternatifnya paling-paling: mandi tiap kali hendak bertemu orang-orang atau mengatur makanan agar bau yang dihasilkan badan tidak terlalu menusuk.

[2] Jakarta: cetakan pertama, 1993