Ketika berhadapan dengan
frasa “dosa besar”, kita mungkin membayangkan perbuatan seperti membunuh,
berzina, menyekutukan Allah, dan seterusnya. Buku ini terlalu tipis (cuma 16
halaman!—seukuran buku tulis—) untuk membahas semua hal itu, sehingga
menjuruskan “dosa besar” pada satu persoalan saja, yaitu: Ingkarnya muslimat
yang tidak berpenampilan sesuai syariat. Dalilnya jelas, yaitu Q. S. An-Nur: 31
dan Q. S. Al-Ahzab: 59. Bukan saja para
perempuan yang membiarkan rambutnya terbuka atau mengenakan rok pendek yang
dianggap munafik, segala ibadahnya sia-sia, dan akan dibakar api neraka
jahanam, tapi juga para lelaki—ulama, guru, suami, bapak, bahkan sekalian
peserta salat Id dan salat tarawih (betul! lihat halaman 12)—yang membiarkan
itu terjadi. Adat tidak luput menjadi sasaran karena dalam pernikahan mempelai
wanita didandani dengan rambut (dan mungkin juga pakaian?) terbuka. Meski sejujurnya
aku merasa agak aneh dengan pernyataan ini—dari halaman 11: “Dengan penampilan
pengantin wanita seperti ini, boleh dikatakan tidak ada pengantin wanita yang
mandi junub selama bulan madunya; karena dia malu keluar dengan rambut yang
basah. Jika pengantin wanita itu berkerudung kepala; dia bisa mandi junub;
karena rambutnya yang basah tidak kelihatan oleh umum.” Bukannya perempuan
justru enggan mengenakan jilbab saat rambutnya masih basah? Sepanjang pembacaan
yang memakan waktu tidak sampai satu jam aku bertanya-tanya: Bagaimana reaksi
para perempuan tidak berjlbab itu kalau disodori buku ini? Ngeri? Marah? Selain
itu, menilik titimangsa pada pengantarnya, buku ini diterbitkan pada orde
ketika perempuan Indonesia belum dapat mengenakan jilbab secara leluasa.
Seperti ada dua paham keras yang bertentangan satu sama lain: antara kecaman
dalam buku ini dan kebijakan pemerintah pada masa itu. Aku juga tidak bertanya
pada yang punya—yang kebetulan memang perempuan dan aku yakin pada masa itu pun
belum berbusana muslimat—caranya memperoleh buku ini: Apa dia sengaja
membelinya atau mengambilnya secara cuma-cuma di masjid? Menurutku judul buku
ini terlalu umum dan mengecoh karena persoalan yang disampaikan amat spesifik
(dan sensitif?), bahkan mengesankan bahwa perempuan itu (khususnya yang tidak
berjilbab yang jumlahnya di dunia tentu jauh lebih banyak ketimbang yang
berjilbab) merupakan sumber prahara dan dapat menjerumuskan seluruh umat
manusia ke dalam neraka jahanam. Seakan menegaskan lirik salah satu lagu The
Changcutters: Wanita, racun dunia! Naudzubillahimindzalik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar